menuju(h) jogja, 2

Bagian Kedua
“Kenapa menuju(h) Jogja?”
Karena perjalanan ini memang dalam rangka 7 tahun pernikahan kami. Dengan penuh harap semoga menjadi sarana pengumpul keberkahan dalam rumah tangga kami. Sekaligus mensyukuri kelahiran Mas Syamil yang juga di akhir Januari.
Tentunya harus dilaksanakan dengan anggaran yang tidak menyiksa diri. Apalagi sampai berutang sana-sini (Hallo iklan pinjol, I see what you did there!). Ini pengakuan bahwa kami memang masih tergolong kaum mendang -mending 😁.
Nah, transportasi yang murah inilah yang kami gunakan. KA Bengawan. Berangkat pagi dari Stasiun Senen pukul 06.20, tiba di Stasiun Lempuyangan pukul 15.18.
Setelah tiket diamankan di aplikasi KAI, pastikan cetak tiket sebagai boarding pass saat tiba di stasiun. Saat ini semua stasiun sudah menyediakan mesin cetak otomatis. Cukup masukkan kode pemesanan dan tiket akan tercetak. Nah, di lembar tiket tersebut akan muncul keterangan status vaksinasi Covid setiap penumpang. Amannya sih memang harus sudah vaksin 3 ya. Kecuali untuk anak-anak di bawah 6 tahun atau penumpang dengan kondisi kesehatan tertentu.
Saat mengantri masuk kereta, selama waktunya masih longgar, santai saja ya dalam melangkah. Tidak perlu berebutan. Sebab kursi yang sudah kita pilih nggak akan dipakai orang lain kok. Maka dari itu penting memilih kursi saat memesan di aplikasi KAI. Pastikan kursi yang berdekatan dengan anggota keluarga (jika pergi bersama keluarga).

Untuk penumpang single, saran saya menikah dulu aja. Hehe. Nggak kok, lebih baik naik KA Ekonomi premium seperti Jayakarta, atau sekalian naik KA Eksekutif saja. Soalnya riskan nanti bakal adu dengkul dengan penumpang lain. Khawatir ketemu yang bukan mahram, kan pegel juga 8 jam nahan punggung dan kaki biar nggak bersentuhan 😬.
Fasilitas di KA Bengawan ini ada tempat duduk yang lumayan empuk (meski pinggang dan leher akan pegal juga), bagasi atas, pendingin ruangan yang cukup nyaman, toilet jongkok/duduk (sesuai ketersediaan) yang kadang aliran airnya kecil, tempat gantungan tas, serta layanan penjualan makanan/minuman di gerbong 5 atau 4.
Kalau mau hemat, saran saya bawa bekal saja dari rumah. Sekaligus mengurangi sampah kan? Siipp.

Kereta ini tujuan akhirnya adalah Stasiun Purwosari, Solo. Jadi pastikan jangan ketiduran di perjalanan. Turun di Stasiun Lempuyangan ya. Di sini semua KA Ekonomi tujuan Jogja menurunkan penumpangnya.

Sesampainya di Lempuyangan, yang kami tuju adalah tempat penyewaan sepeda motor. Sementara kami bergantian sholat jama’ takhir di mushola Stasiun, melangkah keluar dari gerbang stasiun kita langsung disambut barisan kios penyewaan sepeda motor. Berbagai merek sepeda motor tersedia, meski memang dominan motor matic.
Sebelumnya saya sudah survei daftar harga sewa motor dari kontak WA persewaan di Google Maps dan Instagram. Namun saya batal memesan via WA karena ingin melihat dan memilih langsung unit motor yang tersedia. Sekaligus mencoba lakukan penawaran. Apalagi kalau bisa berbahasa Jawa, modal banget ituh hehe.
Alhamdulillah akhirnya setelah pilih-pilih dan cek kendaraan di salah satu kios penyewaan, disepakati sewa 1 motor Vario terbaru selama 6 hari dengan harga Rp 500.000 (diskon setelah nego pakai bahasa Jawa 😁 ).
Penyewa dibekali 1 kunci, 1 STNK, 2 helm dan 2 jas hujan. Penyewa juga wajib menitipkan 2 tanda identitas berbeda sebagai jaminan. Saya memakai 1 KTP dan 1 paspor saja.
Ada dua peralatan yang cukup membantu saya selama menjelajah Jogja dengan sepeda motor. Pertama, tas hape transparan yang bisa dipasang di dashboard motor. Saya beli di Tokopedia seharga Rp 18.500

Kedua, wireless headphone (TWS) dengan koneksi bluetooth. Kebetulan yang saya pakai adalah Sony WF C500. Di Tokopedia ada banyak tipe TWS lain dengan beragam merek, fitur, dan harga.
Dua alat ini membantu akses saya memantau Google Maps. Meskipun TWS hanya saya pakai sebelah kiri saja agar tetap bisa mendengar suara lain di sekitar.
Lanjut ke bagian ketiga tentang perjalanan menuju pantai, bukit, dan penginapan. InsyaAllah.